Berawal dari pertanyaan salah seorang teman saya mengenai kereta api, tiba-tiba muncul ide di benak saya untuk mengusung tema kereta api dalam karya seni untuk tugas akhir kuliah saya. Kemunculan ide ini bagi saya terasa seperti ide segar yang jatuh dari langit, dan kalau boleh hiperbola, bahkan mungkin seperti wangsit. Bagaimana tidak? Ide tersebut muncul di tengah-tengah kebingungan saya untuk mencari tema tugas akhir saya dan tenggat pengumpulan proposal yang sudah sangat dekat. Saya penggemar kereta api, dan kebetulan belakangan ini mempunyai sedikit referensi mengenai kereta api di Indonesia. Beberapa bulan sebelumnya ada momen ketika salah satu lokomotif uap di Ambarawa dibawa ke Kota Surakarta untuk menjadi wahana wisata di sana. Kebetulan pula lokomotif ini merupakan lokomotif uap yang dihidupkan empat tahun sebelumnya.
Pada semester sebelumnya sebenarnya saya sudah mengajukan skripsi dengan judul yang lain dan diterima, namun sayangnya karena salah perhitungan jadwal, skripsi saya tersebut terbengkalai. Entah bagaimana yang akan terjadi ketika sidang skripsi jika semester sebelumnya lancar. Saya tidak berani membayangkannya. Saya mengatakan demikian karena sebenarnya judul dan tema yang saya ambil saat itu hanyalah "asal nurut" perkataan orang lain saja karena saat itu kebingungan dalam menentukan tema skripsi (dan juga kebingungan apakah mau mengambil skripsi atau tugas akhir karya seni). Saya setengah hati mengambil judul tersebut, dan untungnya saya tidak mengerjakannya setengah hati, tetapi saya mengabaikannya sepenuh hati.
"Asal Usul Sepur Kluthuk Jaladara" merupakan judul yang terus terang saya ambil secara subyektif dan agak asal-asalan hanya untuk menghindari kata semacam "sejarah", "perkembangan", atau semacamnya yang di telinga saya terdengar sangat klise dan annoying. Saya memilih kata "Asal-usul" agar jika didengar berkesan seperti semacam cerita rakyat. Lokomotif uap wisata di Surakarta yang kini disebut "Sepur Kluthuk Jaladara" itu memang memiliki cerita panjang. Atau kalau ceritanya tidak bisa dibilang panjang, katakan saja cukup panjang untuk dijadikan cerita. Sebenarnya lokomotif-lokomotif uap PT KA yang masih hidup lainnya juga mempunyai cerita panjangnya masing-masing. Tapi masa lalu lokomotif dengan kode C1218 inilah yang memiliki konflik yang cukup untuk menjadikan sebuah cerita bisa disebut menarik. Tak lupa pula, saya kali ini mengerjakannya dengan sepenuh hati.
Untuk teknis, saya mengerjakan karya ini tidak jauh berbeda dengan Humanity of Mary Stasi VII yang lalu. Motion Comic yang digambar dengan drawing pen, tinta bak, dan spidol, lalu diwarna dengan komputer dan digerakkan. Yang berbeda hanyalah, pertama tentu saja cerita yang berbeda, lalu gambar yang lebih baik dan lebih banyak, tambahan efek, juga kali ini menggunakan narasi (yang direkam dengan peralatan seadanya) dan penyuntingan suara (yang dilakukan semampunya). Untuk media pendukung saya tak perlu kebingungan membuat desain. Tinggal mengambil dari gambar footage yang sudah ada (dan sengaja saya buat hi-res) menambah sedikit teks yang saya kutip dari laporan tugas akhir yang saya buat sebelumnya, menatanya sesuai ukuran media yang sudah ditentukan, selesai.